Momentum Perubahan

Pernah Republik ini melahirkan tokoh-tokoh yang punya karakter kuat bahkan bisa disebut sangat kuat. Kuat dalam menyampaikan opini-opininya, kuat dalam menjalin hubungan dengan dunia internasional, kuat dalam melakukan pendekatan dan menghargai masyarakat minoritas, kuat dalam menjamin kekuatan politiknya aman dan stabil, kuat dalam mengamankan kekayaan pribadi, keluarga dan sanak saudaranya, kuat dalam pemahaman ilmu dan teknologinya, kuat dalam mensakralkan nilai sejarah dan ketokohan yang pernah dimiliki oleh leluhurnya, kuat dalam melakukan lobi-lobi (baca : ketergantungan) dengan negara superpower, dan lain sebagainya.

Pernah Republik ini membayar dengan mahal untuk perubahan-perubahan yang terjadi baik bersifat revolusioner maupun yang evolusioner. Perubahan-perubahan itu nyaris dipelajari dengan cara yang berbeda untuk setiap generasi. Sumber-sumber sejarah bisa dengan mudah diobrak abrik oleh kekuatan yang ada demi menjamin kekuasannya. Akibat jangka panjang, pembelajaran tidak pernah mencapai benang merah yang seharusnya menjadi hikmah yang berfaedah untuk perbaikan di masa berikutnya.

Pelaku sejarah terbaik adalah mereka yang bisa memahami latar belakang munculnya suatu kejadian, apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dimana semua tercatat dalam urutan kejadian, bisa terlibat dalam satu atau lebih dari kejadian tersebut, dan dapat membentuk catatan itu menjadi sebuah prasasti dengan fondasi objektifitas kebenaran informasi yang sekuat mungkin. Kebenaran yang berasal dari manusia memang tidak akan pernah hakiki, selalu ada celah subjektifitas.

Bagi saya, perubahan yang sebenarnya monumental, bisa menjadi babak baru perubahan secara kejiwaan nasional adalah saat reformasi 1998. Banyak unsur internal dan eksternal yang terlibat, berkombinasi satu sama lain, secara proses akan banyak ditemukan uraian mekanisme dan variabel-variabel nya. Namun apa daya momentum yang sangat istimewa - karena berada diluar masa heroik lepas dari penjajahan asing - sekarang tidak menyisakan apapun. Mereka yang dulu berada digaris depan perubahan saat ini sudah menikmati hidup nyaman dikursi goyangnya menikmati senja sore dengan secangkir teh hangat manis, sebungkus rokok dan sepiring pisang goring. Sementara yang dikolong jembatan, menikmati udara, air dan lingkungan yang tercemar masih saja demikian - nyaris tak berubah. Yang dikolong jembatan representasi kaum pinggiran nan miskin tidak akan menyadari kerajaan-kerajaan baru sudah berdiri dengan megah dan kokoh.

Hampir 16 tahun berlalu, kini wajah-wajah yang dulu sembunyi kian menguasai panggung, mencoba mendominasi mendapatkan kue ulang lima tahunan. Perubahan itu hanya perubahan, hanya catatan jumlah jiwa yang melayang yang lebih mudah diingat, bukan kepada semangat dan cita-cita perubahan.

Comments

Popular Posts