As a striker you have to convert any chance to be a score.





Alhamdulillah panasnya siang ini....
Ungkapan diatas mendadak muncul begitu saja, seperti tidak ada angin tidak ada hujan...spontan.


Tidak mudah dan tidak cepat bagi siapapun bisa mempersonifikasikan dirinya kepada fungsi-fungsi yang ada dari pemain di tim sepak bola.  Ini sekedar contoh saja.
Pragmatisnya, seorang striker dituntut untuk bisa memaksimalkan setiap peluang agar tercipta gol (score).  Apakah kemudian dia akan mengoptimalkan kemampuan individunya (speed, power, instinct) atau melakukan kerja sama yang apik dengan pemain-pemain lainnya atau jeli dalam melihat dan memanfaatkan kecerobohan pemain bertahan lawan.


Striker berkelas dunia, sebut saja begitu, yang kemudian bisa dihargai bertriliunan rupiah untuk membiayai transfer, bergaji selangit, dan sebagainya.  Akan sangat berbeda dengan striker yang berpendapatan jauh dibawahnya.  Terlepas dari cara media massa mempublikasikan, terlepas dari berapa banyak title kejuaraan yang diraih.  Secara spesifik bahwa terdapat perbedaan yang mencolok dalam kemampuan individunya, apakah terkait dengan kemampuan dribble bola, shooting, power, heading, kemampuan meloloskan diri dari kawalan pemain bertahan lawan, instinct, dan lain-lain.


Apakah kemampuan bekerja sama dipinggirkan dalam hal ini? jelas tidak, dalam tim tidak ada kesuksesan tanpa usaha yang dibangun dari kerja sama tim, seminimal mungkin egoisme harus dijaga demi semata-mata untuk memperoleh kemenangan tim.  Sepak bola adalah permainan tim.
Namun kebanyakan, justru fenomena striker berkelas dunia adalah tipe pemain/atlet/olahragawan yang lebih kuat sisi individunya daripada sisi social/team work nya.  Sehingga sering kali pula manager atau pelatih terpaksa mengorbankan skema dan pola permainan tim demi mengoptimalkan striker saja.  Atau jika tidak, konflik akan muncul antara pelatih dan pemain tersebut.  Pemain striker ini merasa skema permainan tidak menunjangnya tampil maksimal dan seterusnya.


Kembali ke sisi individu pemain, benar kata pepatah bahwa hanya dengan latihan akan menyempurnakan (baca : memperbaiki) kemampuan/produktifitas.  Setiap laga tidaklah sama, baik dari segi tempo permainan, kualitas pemain-pemain yang bertanding, kejelian wasit, suasana stadion, kondisi lapangan, cuaca, dan sebagainya.  Faktor lain yang perlu diperhitungkan dari sisi individu pemain adalah mental bertanding.  Sering terjadi, cemoohan, umpatan, bahkan menyangkutpautkan rasisme, keluarga muncul sebagai kontak komunikasi antara penonton ke pemain dan pemain ke pemain.  Kedewasaan dan kejiwaan pemain menjadi penting dalam hal ini, bagaimana kemudian pemain tersebut mampu meminimalkan pengaruh faktor luar terhadap konsentrasinya dalam bermain, bagaimana kemudian pemain dapat menetralkan upaya-upaya provokatif dari pemain lawan.


So, ungkapan diatas menjadi menarik untuk membawa anda memahami fungsi/peran anda, ketika anda sudah menemukan kesesuaian antara karakter dan fungsi anda, menjalankan latihan secara rutin, dispilin, fokus pada tujuan maka pada saat itulah sinergi yang luar biasa sudah menjadi bekal dalam diri anda untuk menjadi "berkelas dunia'.



Comments

Popular Posts